01 Juni 2012

Pancasila harus menjadi kebenaran yang hidup

Pancasila harus menjadi kebenaran yang hidup
Sebagai ideologi berbangsa dan bernegara, Pancasila harus bisa menjadi kebenaran yang hidup (living truth). Satu-satunya cara untuk mewujudkan hal itu adalah hanya dengan mengembangkan lima dasar itu melalui pendekatan ilmiah.

Mantan Ketua Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Wahyudi, mengatakan selama ini gejala yang meluas di kalangan para politisi atau bahkan sebagian akademisi ketika berbicara Pancasila, justru cenderung anti-ilmiah.

"Ini seringkali tanpa disadari. Salah satu sikap anti-ilmiah itu terlihat misalnya pada kecenderungan yang meluas bahwa Pancasila dibicarakan dan ditangani sebagai pengetahuan dan gejala yang normatif, bukan sebagai problematik faktual dan objektif," ujar Agus kepada merdeka.com terkait Hari Lahir Pancasila ke-67 yang jatuh hari ini, Jumat (1/6).

Agus mencontohkan, dalam debat ekonomi Indonesia selama ini, wacana yang berkembang masih selalu tentang keunggulan Pancasila dibandingkan dengan kapitalisme, sosialisme, dan isme-isme ekonomi yang lain seperti neoliberalisme dan bahkan belakangan Syariah Islam.

Hal yang sama terjadi dalam wacana Pancasila di lapangan politik dan juga sosial-kebudayaan di Indonesia. "Mendekati Pancasila sebagai pengetahuan faktual dan obyektif sebaliknya diabaikan atau jarang dikerjakan dengan serius," ujar dosen Fakultas Filsafat UGM ini.

Padahal, kata Agus, sikap dan pendekatan ilmiah Pancasila sangat penting karena membantu menangani pertanyaan dan masalah yang berhubungan langsung dengan perkembangan masyarakat yang menuntut untuk diuji dengan lebih saksama, namun bersifat non-normatif.

"Misalnya, bagaimana kapasitas institusi politik menghadapi intoleransi dan kecenderungan anti-demokrasi. Apakah proses dan institusi politik yang ada sekarang kondusif buat pengembangan daya cipta, pertumbuhan ekonomi dan juga redistribusi sumberdaya secara lebih merata dan bagaimana penjelasannnya," papar dia.

Menurut Agus, semua contoh itu sangat sederhana, tetapi memang gejala anti-ilmiah dalam pengembangan wacana Pancasila selama ini nampaknya sudah meluas dan kontraproduktif dengan maksud dan tujuan Pancasila sebagai dasar negara yang diimpikan Soekarno dan para pendiri negara yang lain.

"Untuk mewujudkan impian Soekarno dan para pendiri negara yang telah menyepakati Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah dengan menghindari sikap anti-ilmiah itu dan lebih menghormati prinsip-prinsip berpikir ilmu pengetahuan. Saya kira ini harus disadari sebagai tantangan besar bagi pusat-pusat riset dan perguruan tinggi di Indonesia," ujar dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar