Ini adalah hari minggu tanggal 11 maret 2012, dimana hari ini dari pagi hingga sore terdengar gemericik hujan dimana – mana. Aku tak mengerti, bukanya bulan ini seharusnya sudah musim kemarau, bukankah seharusnya hujan sudah tak mengalir lagi ke bumi, tapi entahlah memang bumi kita sudah tua dan kita harus sudah siap segalanya, mulai dari segala bentuk persiapan yang sebenarnya memang semua beluym siap untuk itu.
Langit berganti, masih kukayuh sepeda buntutku dan kembali ke kostku di daerah yang tak jauh dari kota,
Jam didinding menunjukkan jam 4 sore dan hujan masih belum menunjukkan untuk berhenti menghunjam. Gemericiknya dan suara sendunya selalu membuatku trenyuh dan tak bisa terlarut olehnya.
Aku tak mengerti dalam bagian ini aku selalu saja terperangkap, selalu saja terbelenggu. Mengingat semua peristiwa pedih yang mungkin buat mental dan segalanya berubah seperti ini. Aku sadar dalam diri yang penuh dengan keegoisan dan juga keras kepala. Yang membuatku berfikir dan berbesda pemahaman dengan kalian. Bukan karena aku merasa paling benar. Tapi aku mengerti atas sebuah pemahaman atas benar menurut versiku. Tapi munngkin takkan benar atau bahkan salah menurut orang lain, tapi aku tak peduli. Persetan dengan pendapat kalian.
Aku tak mengerti dalam bagian ini aku selalu saja terperangkap, selalu saja terbelenggu. Mengingat semua peristiwa pedih yang mungkin buat mental dan segalanya berubah seperti ini. Aku sadar dalam diri yang penuh dengan keegoisan dan juga keras kepala. Yang membuatku berfikir dan berbesda pemahaman dengan kalian. Bukan karena aku merasa paling benar. Tapi aku mengerti atas sebuah pemahaman atas benar menurut versiku. Tapi munngkin takkan benar atau bahkan salah menurut orang lain, tapi aku tak peduli. Persetan dengan pendapat kalian.
Semua pemikiranku mengalir ketika jari – ariku beradu dengan keyboard komputer miniku. Aku bercerita tentang semuanya dalam hidupku. Mungkin sebagian agak samar dan sebagian lagi takkan pernah kalian mengerti. Tapi kuyakin kalian pasti pernah merasakan itu. Terkadang aku mengambil dari sisi kosong dari sebuah pemikiranku, yang berujung pada ketertutupan semua seperti hambar. Tapi kurasakan dan ini sebagai sebuah panggung dalamku berkarya.
Detik demi detik berlalu mengelir seperti aliran air yang memadati selokan hingga semuanya meluap dan berhamuran dalam rasa yang sama. Seperti halnya aku, letupan emosi muda dan sebah rasa untuk bisa maju dan meberikan perubahan bukanlah hal yang hanya letupan sementara, bukan hanya nyanyian burung malam yang akan hilang saat mentari pagi sudah terhimpit olehnya.
Ini aku dalam keterbatasan dan ketidaksempurnaan semua berawal, baik dan buruknyua semua akan berubah kembali menjadi aku yang utuh dan abadinya aku mengalir bak tangisan abadi kekasih yang ditinggal ke surga,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar